Selasa, 23 April 2013

faktor kemiskinan : sulitnya mendapatkan penghasilan



faktor kemiskinan sulitnya mendapatkan penghasilan cara berbisnis muda

bismillah.... segala puji bagi Allah atas segala nikmat yang diberikan hari ini. ga tau kenapa hari ini cukup berdebar hati ini, tadi waktu pulang dari kegiatan bisnis seperti biasa, saya coba untuk menempuh jalan yang berbeda dengan yang biasa saya lewati.
tadi dari arah taman holis, saya sempatkan untuk masuk ke pemukiman padat penduduk yang ada di sebelah taman holis bandung. dan sepanjang perjalanan itu saya merasa, tak terbayang dengan kondisi masyarakat disana. mungkin sih bisa dibilang penghasilan mereka gak tau berapa, tapi melihat dari beberapa sumber penghasilan yg mereka dapati, bisa dibilang mungkin penghasilan mereka perkiraannya di bawah umr.

kebanyakan masyarakat disana buruh toko, penjaga toko juga, petani ada beberapa dan cukup banyak juga, ada juga yang mengolah besi besi bekas juga banyak, jalan lagi lebih jauh ada pengrajin baju-jaket-kaos, ada juga yg membersihkan limbah kain, limbah plastik, limbah kaleng cat, limbah tempat benang.. dan sebagainya. luar biasa, saya senang sekali dan merasa bersemangat kalo melihat segala ekspresi mereka ketika sedang beraktivitas itu. hanya saja dalam pikiran saya..... "kira kira berapa rupiah rata rata yang mereka dapatkan dari semua ini, per bulannya? semoga saja banyak dan mencukupi kebutuhan sehari hari.... aaamiiinn..."
setelah melihat pemandangan yang cukup berbeda tadi dari yang biasa saya lihat di kota bandung, saya merasakan satu kekhawatiran.... bisa jadi, faktor kemiskinan yang cukup besar menggurita di negeri ini adalah, sulitnya mendapatkan penghasilan.
tidak setiap orang di setiap wilayah memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan penghasilan. mulai dari yang tinggal di kota A, pasti berbeda peluangnya dengan yang tinggal di kota B, begitu juga kota kota lainnya. itu baru dari segi tempat, dari segi pendidikan juga, banyak sekali orang yang merasa minder untuk mendapatkan suatu pekerjaan hanya karena pendidikan mereka yang tidak seperti yang lainnya.. padahal bisa dibilang, untuk mereka yang sudah lulus dari S1, S2, S3 saja masih ada saja yang malah menjadi beban untuk negara. menjadi pengangguran. dan alasan mereka sederhana, gengsi, gengsi mereka mengalahkan kewajiban mereka untuk menjadi warga negara yang mandiri secara ekonomi.
saya pernah baca dalam beberapa buku sejarah. ketika masa umar bin khatab menjadi seorang khalifah (pemimpin di arab) ketika itu, diceritakan ketika sholat berjamaah dzuhur bersama, setelah sholat dan berdoa, ada seorang pemuda yang berdiri lalu memberikan salam kepada Umar, kata pemuda itu...
" wahai amirul mukminin, saya ingin bekerja dan bisa bekerja.... bantulah saya untuk mendapatkan pekerjaan.... " lalu Umar berucap kepada seluruh jamaah di masjid itu... "siapa yang memiliki usaha atau niaga di dalam masjid ini...?"
lalu seketika teracunglah tangan tangan dari para sahabat yang memiliki usaha dan niaga, mungkin ada puluhan tangan yang teracung. lalu Umar memilih secara acak diantara banyak sahabatnya itu.... lalu bertanya kembali, "antum (kamu) mau ga mempekerjakan pemuda ini di usaha kamu?" lalu jawab sahabat yang ditanya menjawab " saya bersedia.... "
lalu Umar kembali bertanya, "kira kira kamu mau ngasih upah berapa kepada pemuda ini (gaji berapa) " lalu sahabat ini bilang, " saya sanggup membayar pemuda ini sekian dinar.... "
lalu umar bertanya kepada pemuda itu "bagaimana kamu mau kerja disana?"
"mau wahai amirul mukminin.... " maka Umar pun "baiklah mulai saat ini, kamu bekerja di usaha/niaga fulan (sahabat yg tadi) saya yang menjaminnya.... jika kamu membuat kesalahan maka laporkan pada saya "
lalu Umar bertanya lagi ke seluruh jamaah di masjid, "bagaimana masih ada lagi yang menginginkan pekerjaan?"
selang sebulan lamanya, Umar pun bertemu dengan sahabat yg memiliki usaha tadi lalu bertanya "bagaimana kabar pemuda yang meminta pekerjaan di usaha mu itu, bagaimana kerjanya?"
"dia amanah wahai amirul mukminin".... jawab sahabatnya itu...
"alhamdulillah.... "

begitu mudahnya mendapatkan penghasilan di masa Umar, ini yang menjadi salah satu faktor minimnya tingkat kriminalitas, karena hampir semua orang memiliki semangat untuk membantu satu dan yang lainnya...
ketika ekonomi terpenuhi, ketika kebutuhan keluarga terpenuhi, maka fokus pikiran kan lebih baik kepada ibadah serta pendekatan diri kepada Allah berpeluang lebih besar.
namun, ketika urusan makan urusan keluarga, urusan dapur masih belum terpenuhi, maka pikiran menjadi panik dan peluang untuk berbuat curang semakin besar, maka tindak kriminalitas juga semakin besar.
pertanyaannya....
hari ini? apakah semua ini masih mungkin terjadi?
SANGAT MUNGKIN!
yang diperlukan hanyalah kesadaran antara yang satu dengan yang lainnya, untuk membantu saudara teman tetangga masyarakat indonesia...
semoga kita bisa insyaAllah!
ya Allah hamba ingin seperti Umar, ya Allah perbanyak juga orang seperti Umar saat ini...
#note4myself

Tidak ada komentar:

Posting Komentar